BOJONEGORO – Dibalik sosok ramah bernama Faiz Chishomuddin, atau akrab disapa Maz Faa, tersimpan semangat besar untuk mengubah wajah pendidikan pesantren di Indonesia.
Pemuda asal Kecamatan Dander ini sukses menorehkan prestasi membanggakan sebagai Pemuda Pelopor Bidang Pendidikan Kabupaten Bojonegoro 2025 berkat gerakan inovatifnya: HIMMAH (Harapan, Inspirasi, Mentoring, dan Mahabbah).
“Jujur, rasanya seperti mimpi. Saya nggak pernah menyangka bisa sampai di titik ini, yang paling kuat adalah rasa syukur. Semua ini buah dari perjalanan panjang dan doa banyak orang,” ujar Faiz dengan senyum.
Mahasiswa aktif Fakultas Psikologi Universitas Negeri Surabaya (Unesa) itu telah menanam benih perubahan lewat HIMMAH selama lebih dari lima tahun.
Program ini berfokus pada pendidikan pesantren berbasis psikologi positif, yang telah menjangkau lebih dari 5.000 santri di Bojonegoro dan Jombang.
Melalui pendekatan psikologi positif, Faiz mengajarkan para santri untuk mengenali potensi diri, menumbuhkan rasa syukur, dan membangun optimisme dalam belajar.
“Menjalankan gerakan selama lima tahun itu bukan perkara mudah,” kenangnya.
“Tapi di situ saya belajar arti konsistensi dan bagaimana menjaga agar gerakan tetap hidup dan berdampak,” imbuhnya.
Bukan hanya di dunia sosial, Faiz juga berkilau di ranah akademik dan kompetisi. Ia pernah menyabet gelar Best Leader International Conference di University International Malaysia (Mei 2025), Juara 2 Lomba Da’i Nasional di Universitas Sriwijaya, dan Juara 2 Dakwah Digital ERF Nasional di UPN Veteran Jakarta.
Tak berhenti di situ, ia juga mendapat pendanaan dari Pertamina Foundation untuk proyek sosial inovatifnya, serta hibah penelitian Non-APBN dari Unesa pada tahun yang sama.
“Bagi saya, penghargaan itu bukan tentang piala atau sertifikat. Tapi tentang seberapa besar dampaknya bagi orang lain,” tutur Faiz.
Di tengah padatnya jadwal kuliah dan kegiatan sosial, Faiz tetap menyeimbangkan waktu dengan perencanaan matang.
“Saya buat target pengembangan diri setiap semester. Weekend biasanya saya isi untuk kegiatan produktif baik proyek sosial atau lomba. Kuncinya manajemen waktu dan niat yang lurus,” ujarnya.
Meski kini dikenal luas sebagai pemuda inspiratif, Faiz tak lupa daratan. Ia selalu menegaskan bahwa semua pencapaiannya tak lepas dari doa orang tua, guru, dan para kiai di pesantrennya.
“Saya bisa seperti ini bukan karena hebat, tapi karena doa ibu, ayah, keluarga, dan guru. Mereka yang selalu menguatkan saya,” ucapnya.
Di akhir obrolan, Faiz meninggalkan pesan yang dalam, “Hidup bukan soal bersaing dengan orang lain, tapi tentang berproses menjadi lebih baik. Kenali dirimu, cintai dirimu, dan percayalah kamu bisa. Selama niatmu baik, hasilnya pasti mengikuti.” (Er)






